Selamat Datang di Duniaku

Welcome to My Blog

Buruan gabuuuungg.....

Photobucket

Link Motivasi

Minggu, 20 November 2011

Kisah Cinta Seorang Anak

Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki,

wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku,

memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini

memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain

saja.

Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya

membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun

melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya

menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga

Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan

membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.

Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa

stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu

melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu

menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal

dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi

semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya

mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya

pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang

sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya

tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar

hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak

kejadian itu.

Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia

Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat

buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah

sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah

berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah

perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi

yang mengingatnya.

Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti

sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari

betapa jahatnya perbuatan saya dulu.tiba-tiba bayangan Eric melintas

kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric. Sore

itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad

dengan pandangan heran menatap saya dari samping. “Mary, apa yang

sebenarnya terjadi?”

“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal

yang telah saya lakukan dulu.” aku menceritakannya juga dengan

terisak-isak. Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah

memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis

saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang.

Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari

hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya

tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric…

Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada

sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya

mengamatinya dengan seksama… Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali

potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan

Eric sehari-harinya. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap

sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.

Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala

ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.

“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”

Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal

dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?”

Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega, Tahukah kamu, 10

tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus

menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega,

saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya.

Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah,

namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan

yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis

setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”

Saya pun membaca tulisan di kertas itu…

“Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…? Mommy marah sama

Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji

kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…”

Saya menjerit histeris membaca surat itu. “Bu, tolong katakan…

katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang!

Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!”

Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.

“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric

telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya

sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan

di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut

apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya

ada di dalam sana… Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari

belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang

lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar